Minggu, 28 Mei 2017

Day 2 - Baik Tapi Benar


Sering kali ketika kita membuka website, kita mendapati status-status berupa argumen, pembelaan, celaan, maupun status-status lain yang berusaha mengungkap kebenaran. Bahwa partai ini benar, bahwa gubernur itu salah, bahwa kamu salah karena membelanya, bahwa ayat ini maksudnya ini. Dalam kisah-kisah pahlawan super pun, kita selalu mendapati nilai “membela kebenaran”. Padahal, dalam bahasa inggris, penggunaan katanya lebih cenderung pada “justice” atau “keadilan”.
Kebenaran itu nisbi, diukur dari parameter tertentu. Itulah kenapa sampai sekarang kebenaran itu sulit dicari. Orang-orang yang telah berlabel “islam” pun tak luput dari sulitnya menemukan kebenaran. Ketika kita mengatut satu mahzab, orang lain menganut mahzab yang lain. Ketika kita memaknai bahwa sesuatu itu tidak apa-apa, orang lain dengan ketat mengatakan bahwa itu tidak boleh.
Selama ini kta terlalu terlena dan berputar-putar dalam lingkaran perdebatan tanpa ujung. Padahal, di luar pasangan benar-salah, terdapat baik-buruk. Ketika kebenaran diukur dengan parameter subjektif setiap orang, kebaikan dapat dirasakan di hati. Seseorang menolong kucing yang kesakitan di bawah meja dan membawanya ke dokter hewan. Siapa yang tidak bilang itu hal baik? Setiap orang yang berkutat pada kebaikan, tak peduli ras dan golongannya, selalu terasa di sekitarnya. Mungkin memang orang baik tidak selamanya benar. Tapi, orang benar belum tentu juga baik.
Selama ini, apa yang saya sadari di tempat saya tinggal, Masjid Salman, bahwa saya dan para aktivis di sana, kami tidak mendapat doktrin dari kebenaran tertentu. Memang kita diajarkan memaknai ayat-ayat Allah. Tapi dalam pemaknaan itu, arah pemahamannya adalah untuk berbuat baik di masyarakat, bukan membenarkan sesuatu dan menyalahkan yang lainnya. Islam itu agama yang benar, menurut orang-orang Islam. Tapi, bagaimana menurut orang-orang di luar sana? Semua yang benar seharusnya bertautan dengan yang baik. Kebenaran firman-Nya pasti selalu mengacu pada kebaikan yang dapat dirasakan orang-orang di sekitar. Seperti itulah seharusnya kebenaran yang hakiki.
Masjid Salman menjadi tempat para pemuda melatih dan membina diri. Di sini kami melayani. Ketika hari-hari Ramadhan seperti ini, begitu banyak ladang kebaikan yang dapat dituai. Mulai dari menyediakan teh manis untuk jamaah, membagikan nasi berbuka puasa, bahkan mencuci gelas-gelas yang bila ditumpuk katanya bisa setinggi menara Salman. Dari sana kita belajar, bahwa inti sesungguhnya dari Islam adalah berbuat kebaikan. Kita diingatkan bagaimana orang-orang terdahulu menyampaikan islam di Indonesia: dengan jujur dalam berdagang, membuat kesenian yang berisi kebaikan, dan sebagainya. Bahkan, Rasulullah pun diakui kebenarannya karena beliau adalah orang baik terlebih dulu. Sebelum menjadi Rasul pun, beliau telah mendapat gelar al-amin.
Daripada terus berkutat pada yang baik dan yang benar, mending kita saling menebar kebaikan. Dimulai dengan mencuci gelas di Salman. Yuk :D

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

#TehSalmanManis

0 Komentar:

Posting Komentar

Who am I

Arsyad M. D.
amdzulqornain@gmail.com