Rabu, 31 Mei 2017

Day 5 - Menjiwai Puisi Langit Malam


Tak jarang rangkaian kata yang keluar dari ketukan jariku membicarakan langit dan malam. Dari yang sekadar bagian kecil penggambaran suasana hingga tulisan yang keseluruhannya bicara langit atau malam, serta tak jarang pula tersebut bintang, bulan, dan kunang-kunang. Bahkan dalam tulisan #RamadhanInspiratif pertama saya, langit bercerita dari sebuah sudut pandang. Rangkaian aksara itu tertuang dalam arsyadmd.blogspot.com.
Langit memiliki daya tarik tersendiri. Mereka bukan penulis amatir yang banyak bercerita secara tell. Mereka menggambarkan keindahan Allah secara show. Keindahan puisi yang tak tertuang dalam kata namun langsung menyentuh dalam hati. Belum lagi musikalisasi yang menyertainya, musik keheningan. Dramatisasi yang membuat penontonnya turut menjiwai. Langit malam, bulan, dan bintang; mereka adalah ratu drama.
Ini adalah rangkaian keenam bulan penuh berkah. Sekali lagi aku keluar dari keriuhan di dalam rumah, menyatu dengan kesunyian, melafalkan Alquran, kemudian sekali lagi menikmati keindahan langit. Ingin kusapa konstelasi yang bersarang padanya. Namun entah kenapa langit di Bandung selalu tertutup. Hanya bulan yang bercerita. Malam sebelumnya, aku menonton sebuah film; Pirates of the Caribbean: Dead Man Tell No Tale. Ia bercerita tentang bintang, terkhusus sebuah rasi di langit selatan, Carina. Ia adalah sebuah peta yang dalam film disebut “No Man Can Read”. Hanya seorang perempuan yang dapat membaca peta itu. Carina namanya. Carina dan Carina. Dua hal yang saling bertautan, beranalogi, metafora, simbolis. Keindahan bintang-bintang dalam langit malam disimbolkan dengan kejelitaan perempuan, juga sebaliknya.
Sambil mengetik tulisan ini, sebuah ayat terhinggap dalam pikiranku: “Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (Q.S. Al-Qashash: 73). Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada siang, ada malam. Ada laki-laki, ada perempuan. Bahkan dua pasangan itu pun saling berpasangan dalam simbolisme. Laki-laki merupakan tokoh utama yang tampil dalam panggung pergerakan dunia. Ia berperan sebagai operator, motor kehidupan. Ia dianalogikan sebagai siang; waktu ketika aktivitas isi dunia mencapai klimaksnya. Sementara perempuan sering disangkutkan dengan kecantikan, keanggunan, perhiasan dunia sebagaimana langit malam menghias dunia dengan segala keanggunannya. Malam menjadi tempat dunia beristirahat karena ketenangannya yang membelai sebagaimana kelembutan hati seorang perempuan. Bahkan puisi yang dilantunkan langit malam dapat merasuk dalam jiwa begitu dalam seolah ia dapat merasakan hati insan-insan di bawahnya.
Dead man tell no tale, but dead thing tell poetries. Banyak hal di dunia yang dapat membuat kita bersyukur dan mengingat Sang Pencipta. Puisi yang dilantunkan langit malam mengingatkanku akan keindahan Sang Mahaindah. Di sanalah aku dapat lebih banyak menyebut nama-Nya.

#RamadhanInspiratif
#Challenge

#Aksara

0 Komentar:

Posting Komentar

Who am I

Arsyad M. D.
amdzulqornain@gmail.com