Kamis, 01 Juni 2017

Day 6 - Kata yang Digores dengan Tinta Pena


Kata-kata mengandung makna dan rasa. Mereka memunculkan aksara. Dahulu aksara dipahat, lalu aksara digores dengan pena, tapi kini ia muncul dari cahaya. Aksara tak hanya menceritakan peristiwa, tapi ia juga menyatakan rasa. Ia yang diukir dengan tinta pena membawa makna yang lebih terasa dibanding yang timbul dari radiasi. Setiap kombinasinya membawakan makna yang berbeda. Tapi, yang dapat menyenentuh jiwalah makna yang paling terasa.
Tentang rasa, ia bisa timbul dari penyampainya. Seniman bilang rasa itu timbul dari aksaranya. Maka ia benar dalam satu kasus. Dalam konteks yang terlokalkan, penulis itu sendiri yang menimbulkan rasa. Kata-kata bermakna yang disampaikan oleh orang-orang yang dekat dengan kita akan lebih terasa. Sementara pernyataan bahwa “kata-kata bermakna yang terasa bergantung pada kombinasi kata itu sendiri” berlaku pada konteks yang lebih umum. Orang bilang tulisan orang lain yang tak dikenal bagus, itu karena mengikuti kaidah itu. Tapi, tulisan sederhana untuk kita dari mereka yang dekat memberikan rasa yang berbeda. Karena tulisan itu tidak bercerita dia atau mereka, tapi kita.
Kata-kata ini muncul karena kertas-kertas berisi kata-kata bermakna yang tetiba muncul di hadapanku. Mungkin dimaksudkan sebagai kata-kata perpisahan, karena kami akan berpisah. Tapi mereka adalah kata-kata semangat. Coretan tinta itu berkata, “Jangan lupa ganti baju”, “Jangan lupa pake sandal”, “Jangan gaje”, “Jangan skip mulu” dan yang lainnya. Entah kenapa aku tertawa sambil terharu, padahal akhir-akhir ini aku sulit merasa.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

0 Komentar:

Posting Komentar

Who am I

Arsyad M. D.
amdzulqornain@gmail.com