Jumat, 02 Juni 2017

Day 7 - Persamaan Cinta dan Benci, Simbolisme Naruto dan Sasuke



Naruto dan Sasuke, keduanya adalah simbolisme dari cahaya dan kegelapan, cinta dan kebencian. Dalam kisah serial manga dan animenya, keduanya merupakan tokoh terkuat yang mampu menyelamatkan dunia dari khancurannya. Perjalanan hidup Naruto dan Sasuke dalam serial ini dibahas begitu dalam dan mendetil. Ambisi yang dianut keduanya mungkin bagai dua sisi koin, tapi dua sisi meskipun berlawanan tetap berada pada koin yang sama. Ambisi itu mengantarkan mereka untuk berkembang dari anak yang belum bisa apa-apa menjadi sosok yang mampu melampaui para pendahulunya. Pada mulanya, keduanya adalah sosok yang hidup seorang diri.
Naruto ialah seorang anak yang ditinggal mati ayah dan ibunya beberapa menit setelah kelahirannya. Di saat terakhir kehidupan mereka, mereka memasukkan monster rubah berekor sembilan, Kyuubi, yang telah menghancurkan desa ke dalam tubuh Naruto. Keputusan ini bukan tanpa dasar. Sang ayah meyakini bahwa kelak, anaknya mampu mengendalikan monster itu dan membuat kekuatan besar di dalamnya menjadi kekuatannya. Naruto yang kini sebatang kara kemudian diasuh oleh hokage ketiga.
Meski sang ayah memiliki keyakinan yang kuat, perjalanan awal hidupnya tak dihiasi dengan suka cita. Bahkan fakta bahwa ia merupakan anak seorang hokage keempat tak mempermudah hidupnya. Ia melalui masa kecilnya dengan tatapan kebencian orang-orang di sekitarnya. Mereka tak menganggapnya sebagai apa pun selain monster yang dulu pernah menghancurkan desa – ya, karena Kyuubi yang ada dalam tubuhnya. Namun, ia hanya tahu bahwa orang-orang membencinya. Ia tak tahu kenapa. Tak seperti anak-anak lain yang bisa bermain setiap harinya, Naruto selalu menyendiri dan sering digambarkan sedang duduk di sebuah ayunan sementara setiap pasang mata berpaling darinya. Tak seorang pun mengakui keberadaannya. Karena itulah, ia memiliki mimpi menjadi seorang hokage – agar orang-orang mengakuinya.
Pada suatu hari, terdapat satu momen yang menentukan takdir dunia. Naruto yang merupakan siswa terbodoh di akademi tak mendapat kelulusan sebagai seorang ninja – dengan tes mengeluarkan satu bayangan saja. Seorang guru bernama Irukalah yang dengan tatapan sinis menyatakan ketidaklulusan itu. Tak dapat dipungkiri kesedihan yang ia rasakan. Momen itu dimanfaatkan seorang instruktur bernama Mizuki untuk menghasut Naruto mengambil gulungan jurus terlarang. Dengan maksud agar dapat memperoleh kelulusan, Naruto pun bersedia mengambilnya. Ia tak tahu jebakan yang siap menanti di depannya. Iruka yang mengetahui hilangnya gulungan itu pun segera mengejar Naruto. Ketika ketiganya bertemu (Naruto, Iruka, dan Mizuki), kebenaran pun terungkap. Mizuki menceritakan kebenaran bahwa dalam tubuh Naruto terdapat Kyuubi yang membuatnya dibenci oleh semua orang. Ia juga menceritakan bahwa orang tua Iruka terbunuh oleh Kyuubi, membuatnya membenci Naruto. Mendengar itu, kebencian Naruto memuncak. Ia tak percaya pada siapa pun lagi dan bermaksud meninggalkan segalanya. Masih dalam peristiwa itu, Naruto bersembunyi di balik pohon mencuri dengan pmbicaraan Iruka dan Mizuki ketika keduanya bertatapan. Dalam percakapan itu, Naruto mendapati hal yang berbeda dari yang ia dengar sebelumnya. Di sana, Iruka justru mengatakan bahwa Naruto adalah murid yang berharga baginya, karena ia sama-sama merasakan kesendirian dan kesepian karena tidak adanya orang tua. Kata-kata itu begitu menyentuh Naruto. Ia merasa seseorang telah mengakuinya. Kemudian, setelah beberapa kejadian, Mizuki melempar senjatanya pada Naruto, namun Iruka melindunginya sehingga senjata itu menancap di punggung Iruka. Saat itulah, keduanya bertatapan, ikatan terbentuk, mengubah Naruto, yang berarti mengubah dunia. Selanjutnya, Naruto mengeluarkan jurus terlarangnya, seribu bayangan, kemudian memukuli Mizuki.
Pada cerita selanjutnya, Naruto mendapatkan semakin banyak teman. Ia satu tim dengan Sakura dan Sasuke dengan seorang guru bernama Kakashi. Mereka adalah teman-teman yang berharga bagi Naruto. Naruto bermaksud melindungi mereka apa pun yang terjadi, karena mereka telah memberi sesuatu yang sangat berarti baginya: pengakuan. Dalam perjuangan-perjuangannya selanjutnya, ia selalu didorong oleh cintanya pada teman-temannya. Kekuatannya semakin meningkat karena rasa cintanya. Ketika ia dalam keadaan paling terdesak, ia selalu dapat bangkit karena dorongan keinginan yang begitu kuat dalam dirinya. Ketika melawan Gaara, ia ditanyai kenapa ia melakukan sampai sejauh itu. Naruto menjawab, “Karena mereka teman yang berharga bagiku.”
Berbeda dengan Naruto, kesendirian yang dialami Sasuke tidak berawal sejak ia lahir. Ia lahir dari klan ternama, Uchiha. Ia memiliki keluarga yang menyayanginya – ayah, ibu, dan terlebih kakaknya, Itachi. Meskipun sang ayah selalu membanding-bandingkan dirinya dengan sang kakak yang super jenius, tetap saja ia menyayanginya. Hidupnya diawali dengan cinta di sekelilingnya. Namun, karena cintalah, kebencian tumbuh. Dengan alasan yang tidak diketahui, suatu hari sang kakak membunuh seluruh keluarga Uchiha, termasuk ayah dan ibunya. Ketika pulang dari akademi, Sasuke mendapati semua yang ia cintai telah terbunuh sementara sang kakak berdiri di samping mayat orang tuanya dengan tatapan yang tidak enak. Mulai dari situlah kebenciannya tumbuh. Ia hanya memiliki satu ambisi – untuk menjadi lebih kuat dari kakaknya sehingga ia dapat balas dendam.
Sementara Naruto menjadi siswa terbodoh, Sasuke adalah murid teladan. Didukung dengan wajahnya yang tampan dan sikap cool-nya, ia disukai oleh para gadis. Tapi ia selalu bersikap tak acuh dengan semua itu. Tak ada yang ia pedulikan selain satu: membunuh kakaknya. Untuk itulah, ia terus berlatih agar menjadi semakin kuat. Sama seperti Naruto, ia selalu memiliki dorongan untuk bertahan hidup. Bedanya, Naruto selalu didorong oleh cintanya, sementara Sasuke harus berjuang agar ia tetap hidup untuk membunuh kakaknya kelak. Rasa hausnya akan kekuatan kian meninggi mendapati Naruto semakin kuat dan menyusulnya. Bagaimana mungkin ia bisa membunuh kakaknya kalau ia kalah dengan murid terbodoh?
Cerita demi cerita, akhirnya ia membunuh Itachi. Namun kebenciannya tak berhenti di sana. Ia bertemu seseorang yang mengaku bernama Madara Uchiha. Darinyalah Sasuke menemukan kebenaran. Kakaknya membunuh seluruh keluarga karena dipaksa oleh petinggi desa Konoha. Ceritanya, saat itu Uchiha merencanakan kudeta terhadap desa Konoha. Saat itu, Itachi yang merupakan seseorang yang cinta damai terjabak dalam dua pilihan. Ia harus membela Uchiha keluarganya dengan risiko keseimbangan akan tergoyahkan gara-gara kudeta itu, atau membela Konoha dengan konsekuensi ia harus membunuh seluruh keluarganya. Akhirnya, ia memilih untuk melindungi desa dengan syarat Sasuke yang sangat ia sayangi tetap diperbolehkan hidup. Karena ia tak ingin membuat nama Uchiha tercoreng dengan tuduhan kudeta, ia memilih untuk mengorbankan dirinya. Berita pun disebarkan bahwa Itachi merupakan seorang pengkhianat yang membunuh keluarganya sendiri. Berita itu juga yang didengar Sasuke. Itachi pun menjalankan kehidupannya sebagai seorang penjahat sampai ia sengaja membiarkan dirinya terbunuh oleh Sasuke. Mendengar hal itu, Sasuke semakin murka. Kakak yang ia sayangi harus menanggung beban yang begitu berat dengan hidup sebagai penjahat, padahal ia adalah orang yang telah melindungi desa. Itukah bayaran yang pantas untuk seorang pahlawan? Maka Sasuke berniat untuk balas dendam terhadap desa Konoha.
Naruto dan Sasuke menjalankan kehidupannya dengan cara yang berbeda, di tempat yang berbeda, dengan status yang berbeda. Di akhir cerita, keduanya bertemu sebagai orang paling kuat di dunia untuk melakukan pertarungan akhir. Keduanya ingin menjadi hokage dengan visi yang berbeda.
Melalui kisah kehidupan Naruto dan Sasuke, kita dapat memahami cinta dan benci. Rasa cinta yang dan kebencian yang kuat sama-sama dapat melahirkan keinginan. Keinginan merupakan koin yang menghubungkan dua sisi itu. Melalui keinginan yang kuat, seseorang dapat berkembang. Naruto selalu didorong oleh keinginan kuat melindungi teman-temannya, sementara Sasuke selalu didorong oleh keinginan kuat untuk belas dendam. Mereka pun terdorong untuk menjadi semakin kuat. Dari sana kita tahu bahwa untuk mencapai sesuatu, kita harus memiliki keinginan yang kuat terhadap sesuatu itu. Dengan begitu, kita selalu memiliki dorongan dalam kehidupan untuk meraihnya. Bila kita masih belum mendapat apa yang kita inginkan, kita patut bertanya pada diri kita: seberapa kuat keinginan kita?

#RamadhanInspiratif
#Challenge

#Aksara

0 Komentar:

Posting Komentar

Who am I

Arsyad M. D.
amdzulqornain@gmail.com