Senin, 05 Juni 2017

Day 11 - Gelap Terang Manusia: Hikmah Film Wonder Woman


Tak seperti film-film superhero Marvel yang dikemas dengan lebih santai dan banyak lelucon, film superhero DC biasanya dibawakan dengan lebih serius. Selain itu, konteks dalam film pun berbeda. Ketika kisah Marvel harus logis atau saintifik, DC tak menolak unsur-unsur fantasi. Bagaimana pun, keduanya memiliki daya tariknya masing-masing. Saat ini, DC telah memasuki film keempatnya, yaitu Wonder Woman.

Sebelum Anda melanjutkan membaca, mungkin Anda harus berpikir dua kali. Meski saya bermaksud menuangkan hikmah, tulisan ini mengandung spoiler. Tapi, baca aja sih.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Wonder Woman tak luput dari unsur keajaiban – fantasi, kisah dewa-dewa. Hal yang menarik di sini adalah bagaimana film ini mengantarkan pemahaman mengenai manusia, terutama mengenai sisi gelap dan sisi terang yang ada secara bersamaan.

Dikisahkan bahwa Ares Dewa Perang merasa iri terhadap manusia. Maka ia mempengaruhi mereka, membuat mereka menumpahkan darah satu sama lain, lalu menunjukkan pada para dewa akan kegagalan manusia. Dialah yang memulai apa yang disebut perang. Darinyalah manusia memiliki ambisi gelap untuk selalu berada di atas yang lain. Karena pembelotannya, maka Ares diusir dari tempatnya dan jatuh ke dunia. Katanya, Dewa Perang harus dibunuh untuk menghentikan semua pertumpahan darah.

Untuk menarik kembali manusia-manusia yang telah terpengaruh oleh bisikan gelap, Zeus menciptakan kaum Amazon. Kaum Amazon tak dilahirkan. Mereka semua perempuan, para pejuang yang diciptakan langsung oleh Zeus. Namun, terjadi perbudakan oleh para manusia. Sang ratu memimpin pemberontakan untuk menentang perbudakan. Selanjutnya, Zeus menempatkan mereka di sebuah pulau yang begitu indah dan disembunyikan dari umat manusia.

Diana adalah satu-satunya anak kecil di pulau itu. Ia berlatih dan terus berlatih. Misinya adalah menyelamatkan dunia, tapi bahkan ia tak mengenal dunia. Ia tak mengenal seperti apa itu manusia.

Suatu saat ketika Diana dewasa, pesawat kapten Trevor jatuh di dekat pulaunya. Ia membawa pesan dari dunia manusia. Perang besar terjadi, Great War. Diikuti 27 negara, jutaan orang mati, dan Jerman sedang membuat sebuah senjata mematikan yang dapat membunuh lebih banyak orang. Mendengarnya, Diana menyimpulkan semua itu ulah Ares. Bila Ares mati, perang akan berhenti. Diana pun memutuskan pergi bersama kapten Trevor.

Selama perjalanan, Diana belajar tentang manusia. Ia mendesak untuk segera menuju medan perang, tapi perang yang mana? Perang terjadi di mana-mana dalam Great War. Sementara, kapten Trevor sebagai mata-mata harus menyerahkan buku yang ia curi kepada jendralnya. Begitu banyak pertanyaan.

“Dunia sedang berperang dan tugasmu hanya menyerahkan buku? Kau dipimpin oleh jendral yang hanya duduk-duduk saja sementara yang lain berjuang?”

Tak hanya itu, di bagian akhir perjalanan dia pun masih belajar menjadi manusia. Seperti cara berdansa, dan apa yang dilakukan manusia ketika tak berperang. Sarapan, bekerja, menikah, tua bersama. Ia belajar mengenai cinta manusia. “Apa manusia benar-benar saling mencintai setelah menikah?”

Kimiawan yang mengembangkan racun gas yang sangat kuat bekerja untuk Ludendorff, salah satu pimpinan di Jerman. Untuk itu, kapten Trevor bermaksud menghancurkan fasilitas mereka. Diikuti desakan Diana yang menyimpulkan Ludendorff adalah Ares, mereka menuju Front Line.

Setelah banyak kejadian yang bila diceritakan akan menghasilkan spoiler yang berlebihan, Diana berhadapan dengan Ludendorff. Ia menusuk jantung Ludendorff, kemudian tersenyum seolah misinya telah selesai. Ia menatap sekitarnya dan berharap setelah Ares mati, semua usai. Tapi, apa yang terjadi? Semua masih tetap berjalan. Senjata mematikan masih dalam proses pengangkutan menuju pesawat untuk dijatuhkan di London.

Trevor menemuinya untuk meminta bantuan, tapi ia mendapati Diana begitu putus asa. “Kenapa Ares telah dikalahkan tapi perang tetap berjalan?”

Mungkin, mungkin ini semua bukan karena Ares. Mungkin ini memang terjadi karena manusia itu sendiri. Mereka memiliki sisi gelap, egois. Satu perang berakhir bukan berarti mengakhiri semua perang. Mungkin perang yang dialami manusia adalah perang tanpa akhir. Diana pun mengingat kata-kata ibunya, “Dunia manusia tak pantas memilikimu, Diana.”

Mungkin inilah maksudnya. Mereka hanyalah makhluk egois. Menolong mereka tak mengubah apa pun. Ia pun berhenti berjuang.

Begitu Trevor pergi, Ares yang sesungguhnya muncul. “Itu benar Diana. Dunia manusia tak pantas memilikimu.”

Selama ini, ternyata ia adalah orang yang telah menolong Trevor dan Diana, P*t****. Ia bisa membunuh Diana sejak awal, tapi ia lebih memilih untuk mengirimnya ke medan perang, berharap Diana melihat kebusukan manusia kemudian bergabung dengan dirinya.

“Aku tak bisa menentukan pilihan mereka, Diana.” Begitu kata Ares. Memang dari awalnya manusia dipenuhi kegelapan. Selama ini Ares tak mengendalikan tindakan mereka. Ia hanya berbisik dalam sebuah wujud yang tak dapat dilihat manusia, namun dirinya dapat melihat manusia. Ia membisikkan formula gas beracun pada sang kimiawan, ia juga membisikkan perang kepada Ludendorff. Tapi, apakah dia memaksa? Tidak. Manusia sendirilah yang menentukan pilihannya. Mereka selalu memiliki dua pilihan, dua sisi: terang dan gelap. Apa yang ingin ditunjukkan Ares bahwa manusia adalah makhluk egois yang akan condong pada pilihan gelap mereka.

Tapi, apakah itu benar? Saatnya berefleksi pada diri kita. Kalau diperhatikan, konsep yang dibawa film ini mirip konsep tentang bisikan setan. Yang dapat melihat, tapi tak dapat dilihat. Yang bisa berbisik, tapi tidak memaksa.

Manusia tak bisa selamanya jahat dan tak bisa selamanya baik. Dua sisi itu ada secara bersamaan, beriringan. Seperti ketika salah satu teman Trevor bercerita pada Diana. Bahwa bangsanya ditindas oleh bangsa lain, bangsa Trevor, Inggris, yang mungkin dalam film ini sedang berperan sebagai protagonis. Di lain waktu, di lain kesempatan, setiap orang bisa berbeda. Semua tergantung pilihan yang diambil. Maka, sebaik-baik manusia adalah yang bisa menahan sisi gelapnya. Apakah kita hendak menunjukkan kegagalan mahakarya Allah atau menerima diri kita sebagai rahmatan lil ‘alamin, tentu itu pilihan kita.

Mungkin, inilah inti dari apa yang disampaikan film superhero DC. Kalau kita ingat dalam film Batman v Superman: Dawn of Justice, Batman berkata, “Sekarang dia tidak berbahaya. Tapi bagaimana di masa depan nanti?”


Lex Luthor berkata kepada Superman, “Kau tidak bisa menjadi kuat dan baik sekaligus. Kalau kau baik, kau tidak bisa kuat. Kalau kau kau kuat, kau tidak bisa baik. Kau akan menunjukkan sisi gelapmu.”

Dan Superman sendiri juga berkata kepada Louis, “Aku tidak selamanya baik.”

Yah, nantikan saja film-film selanjutnya yang semoga kita bisa terus mengambil faedahnya.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

1 komentar:

  1. Ceramic vs Titanium | Titanium-Arts
    This is nano titanium flat iron an excellent one. It has a good surface and can be easily made with plastic, stainless steel, titanium uses and how to get titanium white octane a plastic finish. titanium drill bit set It is a ceramic vs titanium curling iron great starter kit

    BalasHapus

Who am I

Arsyad M. D.
amdzulqornain@gmail.com