Minggu, 04 Juni 2017

Day 9 - Yang Patut Dibanggakan


Ini adalah kisahku. Kisah yang terukir setahun yang lalu. Sebuah cerita kegagalan sekaligus keberhasilan yang patut tuk dibanggakan. Ketika menatap refleksi masa lalu, aku melihat sesuatu yang besar, yang kupikir sulit kucari di waktu-waktu ini. Sebuah dorongan semangat terdalam, yang begitu membara hingga panasnya masih dapat kurasakan saat ini.
Saat itu adalah detik-detik penantian. Waktu yang dikepung oleh berbagai ujian. Salah satunya adalah ujian yang sering dikhawatirkan mahasiswa, UAS. Namun, sesuatu yang lain menantiku. Sesuatu yang membuatku lebih khawatir dari sekadar UAS. Saat itulah semangatku diuji. Untuk menyelesaikan apa yang telah kumulai. Pekerjaan yang bukan soal uang, melainkan sebuah janji dan konsekuensi pribadi. Ini adalah tanggung jawab sekaligus pembuktian visiku. Aku ingin berbuat baik. “Bila aku tak sanggup menyelesaikannya hingga matahari terbit, aku akan lari keliling saraga tujuh kali.” janjiku.
Pekerjaan ini adalah menyelesaikan sebuah buku. Bukan menulis, melainkan mengeditnya hingga selesai. Tulisan utamanya dibuat oleh pihak yang diajak bekerja sama. Di bawah sebuah lembaga yang disebut ExGEN. Tak ada yang aku harapkan selain janjiku. Bukan uang, bahkan fakta bahwa besok UAS tak lebih merisaukanku. Malam itu kugunakan seluruh waktuku untuk menyelesaikan tulisan itu, dan aku tak mempersiapkan apa pun untuk UAS.
Alhasil, aku tak mampu menyelesaikan pekerjaanku hari itu. UAS tetap berjalan, kukerjakan dengan setengah keyakinan. Tulisan itu baru kuselesaikan malam selanjutnya. Paginya kulaksanakan konsekuensiku, lari tujuh keliling. Begitu selesai, aku tersenyum. Aku menyelesaikan konsekuensiku, aku menyelesaikan buku itu. Memang aku gagal, tapi bukan berarti aku tak berhasil. Buku itu diterbitkan, dan aku bisa menatapnya dengan rasa bangga. Ratusan orang memesannya.
Aku tak pernah mendapat uang dari buku itu, tapi aku mendapat yang lebih dari itu. Aku bisa membantu orang lain mendapat uang dari buku itu – para penulisnya. Dan, di lain hari, raporku keluar, muncul indeks A pada mata kuliah itu; mata kuliah yang aku tak belajar sama sekali. Aku hanya bisa berprasangka baik, mungkin Dia menolongku. Karena jujur saja, aku hanya memiliki niat baik saat itu. Aku merasa dekat dengan-Nya.
Mungkin beberapa pihak beranggapan aku terlalu bodoh dengan tak mendapat keuntungan dari pekerjaan itu. Jujur saja, aku tak terlalu membutuhkan uang saat itu. Bila hal itu didefinisikan sebagai kebodohan, maka aku bangga menjadi orang terbodoh di dunia.

#RamadhanInspiratif
#Challenge

#Aksara

0 Komentar:

Posting Komentar

Who am I

Arsyad M. D.
amdzulqornain@gmail.com